Banyak orang bilang untuk jadi dokter itu mahal, ternyata tidak benar tuh. HHmm.. emang buktinya apa, kalau mau jadi dokter itu tidak mahal. Jadi begini, menurut dekan FK UGM Prof.Ali Gufron Mukti yang dikutip dari majalah CAMPUS Indonesia, bahwa biaya kuliah kedokteran sama dengan masuk SMA atau TK, bahkan GRATIS, tapi buat yang pintar dan tidak mampu secara ekonomi
Bahkan beliau menegaskan tentang persepsi orang bahwa sekolah dokter itu mahal, salah. Yang membuat mahal itu karena mahasiswa FK harus praktek di rumah sakit, di lab, beli handsglove, ujicoba dengan manekin dan praktek-praktek lainnya, ini yang disebut cost. Unit cost seperti inilah yang mesti dibayar supaya menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi.
Selanjutnya untuk uang per semesternya, gimana? Sebagai gambaran, di FK UGM biaya per semesternya sebesar Rp 75.ooo, jika satu semester kira-kira perlu 2 juta, setahun berarti cuma membutuhkan 4 juta. kita bandingkan dengan biaya masuk TK atau SMA di kota-kota besar yang biayanya gila-gilaan.
Jadi “mahal” itu relatif. Menurut Prof. Gufron, ada satu cara untuk mensiasati agar biaya yang dibayar bisa lebih murah, bahkan gratis. Caranya gimana? simple saja ko, cukup jadi siswa pintar dan berprestasi.
Seperti yang saya ketahui pada bulan September 2011 lalu, anak tukang becak pun bisa jadi dokter. Dengan penghasilan yang serba pas-pasan, yakni Rp20 ribu-Rp30 ribu per hari, Suyatno sukses mengantarkan anaknya, Agung Bhaktiyar menjadi dokter. Bahkan Suyatno diundang sebagai tamu spesial dalam pertemuan dengan orangtua para mahasiswa baru UGM tahun ajaran 2011/2012.
Dalam kesempatan tersebut, Suyatno mengatakan, Agung sebelumnya tidak pernah memberitahukan bahwa dia mendaftar tes masuk UGM pada 2005 silam. Namun, ketika dinyatakan lolos dan diterima di UGM, dia pun langsung memberitahu kedua orangtuanya.
Takjubnya lagi, Suyatno tidak dipusingkan dengan biaya kuliah selama enam tahun untuk menjadi seorang dokter. Sebab mahasiswa yang dilantik pada pertengahan 2011 lalu, mendapat bantuan beasiswa dari UGM. Dan, kisah Suyatno dan Agung ini berhasil menggugah hati sebanyak 3.717 orangtua mahasiswa baru yang hadir di acara tersebut.
Nah, itulah bentuk studi kasus yang menurutku sangat bermakna sekali. Meskipun cita-cita saya bukan menjadi dokter, dan saya tidak mengerti masalah kedoteran, tapi setidaknya saya bangga dengan orang-orang seperti pak Suyatno seorang tukang becak yang sukses mengantarkan anaknya menjadi dokter, dan Agung yang sukses menjadi dokter dengan keadaan ekonomi seadanya, tetapi dengan keinginan, tekad yang kuat kendala biaya dapat ditepiskan apabila diiringi dengan pintar, cerdas dan berprestasi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan mengisnpirasi kalian yang mempunyai tekad ingin menjadi seorang dokter.
0 komentar:
Posting Komentar